Prasetyo Sunaryo-DPP LDII, Wahyu Muryadi-Pemred Majalah TEMPO dan Yudi
Latif dalam Sesi pertama Seminar PANCASILA 2.0 di DPP LDII, Jakarta
Jakarta, “Pancasila sejak lahir
sudah Sakti, sehingga yang berbahaya bagi ancaman Pancasila bukan lagi
Komunisme,tetapi diri kita sendiri”, demikian yang diungkapkan Budiarto
Shambazy, Wartawan senior Kompas pada seri Dialog kebangsaan yang
diselenggarakan Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII)
dalam rangka memperingati bulan Pancasila.
Budiarto Shambazy-Redaktur Senior KOMPAS dan Mien Muntoro-DPR RI
Sementara Prasetyo Soenaryo sebagai
nara sumber pada sesi ke dua menyampaikan bahwa revitalisasi Pancasila harus
dikonkritkan dalam kebijakan yang mengukuhkan pada kedaulatan baik
Energy,Ekonomi maupun Pangan.
DPP LDII menggelar dialog kebangsaan
pada kali ini mengusung thema Pancasila 2.0 membangun interaksi untuk keutuhan
Negeri dengan menghadirkan berbagai nara sumber. Seperti Wahyu Muryadi dari
Tempo, Budiarto Shambazy dari Kompas, Mientarsih Muntoro dari anggota DPR
komisi 8 , Prasetyo Soenaryo dari LDII,Yudi latif dan Prof DR. Dedy Susanto
Staf ahli KASAD.
Dialog Kebangsaan yang bertempat di
kantor DPP LDII Jl.Arteri tentara Pelajar Patal Senayan no.28 pada hari kamis
28/6 yang diikuti oleh sekitar 250 peserta dari kalangan mahasiswa dan Umum
berlangsung sehari penuh dari jam 09.00 sampai jam 17.00.
Pancasila 2.0 yang dimaksud adalah
bagaimana agar Pancasila bisa interaktif dan bisa diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari, hal ini karena banyak dirasakan oleh berbagai kalangan bahwa
bangsa ini semakin hari semakin jauh dari pengamalan nilai-nilai yang
terkandung didalam Pancasila.
Wahyu Muryadi pemimpin Redaksi Tempo
salah satu nara sumber yang dihadirkan oleh DPP LDII pada sesen pertama dialog
kebangsaan itu menyampaikan bahwa kesadaran masyarakat untuk mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila sudah banyak yang keblinger, ia
bahkan mencontohkan, penindasan dan penganiayaan terhadap kaum minoritas di
Indonesia sering di pertontonkan oleh bangsa ini, “Kita ini adalah kelompok
Penghianat Indonesia, mengapa..? karena kita tidak pernah mau menyampaikan hal
yang benar, Saya dan Yudi (Yudi Latif), akan menjadi bemper jika kedepan masih
ada perlakuan yang tidak adil terhadap kaum minoritas " ungkapnya.
Dialog Kebangsaan yang merupakan
seri ke tiga diselenggarakan oleh DPP LDII semakin hangat ketika Profesor Dody
Susanto dari Staff Ahli KASAD bidang Kebangsaan dan Pancasila menyampaikan
statemen-statemen yang menarik bagi peserta.Salah satu pengamalan Pancasila
yang mestinya harus dipraktekkan dimasyarakat misalnya adalah Klinik Pancasila.
Yang paling sulit bagi Negara pada
saat ini menurut Dody adalah tidak memilikinya alat propaganda,TVRI dan RRI
yang seharusnya jadi corong Negarapun seperti sudah kehilangan arah karena yang
menguasai lembaga penyiaran Publik.
Pancasila tidak boleh kita katakana
ideology terbuka,hal ini agar bangsa merasa bahwa Pancasila itu penting bagi
bangsa ini,ujar staf Ahli Kasad bidangsaan dan Pancasila mengahiri dialog.
No comments:
Post a Comment