Ketua Umum LDII Abdullah Syam
memberikan kata sambutan saat Silaturahmi LDII di Kantor DPP LDII, Jakarta,
Selasa (11/9). Sejumlah tokoh hadir dalam silaturahmi tersebut diantaranya
Wakil Ketua MPR RI Harijanto Tohari dan Ketua MUI Pusat Slamet Effendi Yusuf.
inilah.com/Agus Priatna
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama
Indonesia dan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mengajak seluruh elemen
masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan di lingkungan sekitarnya. Ketua
MUI, Slamet Effendi Yusuf, mengatakan, kewaspadaan diperlukan mulai dari
keluarga hingga ke lingkungan RT/RW.
“Kewaspadaan sangat diperlukan untuk menekan ruang gerak para pelaku teror di Indonesia,” tegas Slamet Efendi Yusuf dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu (12/9).
Dikatakannya, para teroris yang menyebut dirinya mati syahid adalah tidak benar. Menurut Slamet Effendi, serangan teror yang dilakukan di Indonesia tidak memenuhi unsur dalam ilmu fiqih Islam."Bohong itu kalau mereka mati syahid. Pemahaman ini terjadi karena pengetahuan agama mereka yang rendah," ucapnya.
Menurutnya, terminologi perang jihad memang ada dalam hukum Islam. Namun, hal itu memiliki aturan tersendiri. Slamet Effendi menilai jihad perang hanya bisa dilakukan, apabila itu di wilayah perang. Sementara di Indonesia yang masuk wilayah aman, bukan menjadi tempat jihad perang.
"Kalau jihad perang dilakukan di wilayah aman seperti Indonesia, yang rugi adalah umat Islam sendiri. Kalau di wilayah aman kan umat Islam bisa melakukan jihad bentuk lain, seperti mengajar, atau mengangkat derajat masyarakat miskin," ucapnya.
“Kewaspadaan sangat diperlukan untuk menekan ruang gerak para pelaku teror di Indonesia,” tegas Slamet Efendi Yusuf dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu (12/9).
Dikatakannya, para teroris yang menyebut dirinya mati syahid adalah tidak benar. Menurut Slamet Effendi, serangan teror yang dilakukan di Indonesia tidak memenuhi unsur dalam ilmu fiqih Islam."Bohong itu kalau mereka mati syahid. Pemahaman ini terjadi karena pengetahuan agama mereka yang rendah," ucapnya.
Menurutnya, terminologi perang jihad memang ada dalam hukum Islam. Namun, hal itu memiliki aturan tersendiri. Slamet Effendi menilai jihad perang hanya bisa dilakukan, apabila itu di wilayah perang. Sementara di Indonesia yang masuk wilayah aman, bukan menjadi tempat jihad perang.
"Kalau jihad perang dilakukan di wilayah aman seperti Indonesia, yang rugi adalah umat Islam sendiri. Kalau di wilayah aman kan umat Islam bisa melakukan jihad bentuk lain, seperti mengajar, atau mengangkat derajat masyarakat miskin," ucapnya.
Ketua MUI Umar Shihab (kiri), Perwakilan Mabes Polri Kombes
Pol Erwin (kedua kiri), Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari (tengah), Ketua
Umum LDII Abdullah Syam (kedua kanan), dan Ketua Komisi Ukhuwat MUI Selamat
Efendi Yusuf (kanan) berbincang di sela-sela acara silaturahmi Lembaga Dakwah
Islam Indonesia dengan Lembaga Negara di Kantor Pusat LDII, Patal Senayan,
Jakarta, Selasa (11/9). Pertemuan para ulama tersebut untuk menolak rencana
sertifikasi ulama yang dilontarkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT). (FOTO ANTARA/Reno Esnir)
Terkait dengan hal itu, Ketua LDII, Chriswanto Santoso, mengajak seluruh Ulama
di Indonesia untuk memberikan pemahaman Agama yang lebih medalam kepada para
santrinya agar kasus terorisme dapat ditekan dan di hilangkan. "Kita
bersama MUI akan terus menjalin komunkasi kepada seluruh Ulama agar dapat terus
mengedepankan dakwah yang tidak mengedepankan kekerasan,"tegasnya.
Chriswanto menjelaskan meski demikian aparat keamanan diminta untuk kerja lebih ekstra dalam mendeteksi segala bentuk gerakan terorisme secara dini agar tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban. "Bayangkan jika yang menjadi korban itu menjadi tulang punggung keluarga mereka, apalagi mereka juga seorang muslim. Saya kira koordinasi antar intelijen, dan peran serta masyarakat diperlukan guna mengatasi aksi ini," jelasnya.
Chriswanto menjelaskan meski demikian aparat keamanan diminta untuk kerja lebih ekstra dalam mendeteksi segala bentuk gerakan terorisme secara dini agar tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban. "Bayangkan jika yang menjadi korban itu menjadi tulang punggung keluarga mereka, apalagi mereka juga seorang muslim. Saya kira koordinasi antar intelijen, dan peran serta masyarakat diperlukan guna mengatasi aksi ini," jelasnya.
No comments:
Post a Comment