Menjalin dan Meningkatkan
Komunikasi Positif Orang Tua - Anak
Peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak. Terutama jika sang
anak diharapkan bisa menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia. Untuk
itu orang tua perlu memiliki keterampilan bekomunikasi dengan anak, berbekal
pengetahuan yang memadai. DPD LDII Provinsi Jawa Timur menjembatani kebutuhan
akan keterampilan berkomunikasi orang tua dan anak dalam sebuah Workshop
Parenting Skills. Workshop dilaksanakan pada 15-17 April 2011, bertempat di
Kantor DPD LDII Provinsi Jawa Timur. Adapun tema yang diangkat adalah
“Meningkatkan Kemampuan Orang Tua dalam Menjalin Komunikasi yang Positif dengan
Anak”.
Workshop ini merupakan sinergi dua biro, yakni Biro Pemberdayaan Wanita
dan Kesejahteraan Keluarga dengan Biro Pemuda, Olah Raga, dan Seni Budaya DPD
LDII Provinsi Jatim. Wujud sinergi ini menghadirkan sebanyak 90 peserta yang
berpartisipasi dalam workshop. Berasal dari Pengurus DPD LDII Provinsi Jatim,
Utusan 38 DPD LDII Kabupaten/Kota, Utusan Pondok Pesantren, dan undangan
lainnya. Peserta workshop adalah perempuan yang sudah menikah dan telah
memiliki anak. Workshop ini merupakan TOT (Training of Trainers) dengan maksud
agar para peserta nantinya bisa menyampaikan kembali seluruh materi yang
didapat selama workshop.
Pembukaan workshop dilakukan oleh Ketua DPD LDII Provinsi Jatim, Ir. H.
Chriswanto Santoso, M.Sc. Dihadiri pula oleh salah satu Ketua DPP LDII, Ir. H.
Prasetyo Sunaryo, MT. Dalam prakatanya Chriswanto menegaskan pentingnya peran
orang tua dalam mendidik anak. “Jangan hanya anak yang diberi pelajaran. Orang
tua pun perlu mendapat pengajaran agar memiliki kemampuan dalam mendidik anak”.
Sedangkan Prasetyo menekankan pentingnya kerjasama antara suami dan istri dalam
menerapkan pola pengasuhan anak. “Jangan istri melulu yang disuruh mengurus
anak, suami pun harus berperan serta. Misalkan suami mau membantu menggendong
anak”.
Sambutan dari panitia diwakili oleh Dra. Hj. Sri Kartini. Beliau
memberikan nasehat tentang makna keikutsertaan ibu-ibu peserta workshop.
“Ibu-ibu adalah orang pilihan yang harus bersyukur bisa mengikuti workshop,
karena tidak semua bisa mendapatkan kesempatan ini. Apalagi pelatihan ini
gratis,” demikian tutur Kartini.
Hari kedua dan ketiga workshop diisi pemaparan narasumber Dra. Nana
Maznah Prasetyo, M.Si dari Lembaga Bantuan Psikologi dan Mediasi (S.A.T.U
Consulting), dibantu oleh Ir. Srie Tresnahati Ashar, M.Si sebagai fasilitator
serta dua co-fasilitator Dewi Ilma Antawati, M.Psi, dan Sofia Sahid, S.Psi.
Beberapa metode dipakai dalam workshop, antara lain imagery, role
playing, ceramah singkat, diskusi, penggunaan kertas kerja, dan pemutaran film.
Seluruh peserta diajak aktif menirukan instruksi dari narasumber. Selain itu
peserta juga bisa memberikan komentar atau reaksinya saat dihadapkan pada
beberapa situasi dan kondisi yang dicontohkan..
“Komunikasi orang tua dan anak adalah kunci dari pola pengasuhan,” tegas
Nana. Setidaknya terdapat lima pola pengasuhan,
antara lain otoriter, permisif, menang-kalah, neglecting (mengabaikan), dan otoritatif. Pola otoritatif adalah
pola ideal karena mengedepankan prinsip-prinsip demokratis dan dialogis.
Komunikasi semacam ini mendorong anak untuk bisa tumbuh dan berkembang secara
wajar, memiliki rasa tanggung jawab, bisa menghormati dan menghargai orang
lain, serta bebas berninisiatif (banyak akal).
Komunikasi orang tua dan anak patut memperhatikan tiga hal yakni,
pikiran, perasaan dan perilaku. “Orang tua perlu membiasakan menerima perasaan
anak akan membuat anak merasa dipahami,” tutur Srie. Tiap individu memiliki
karakter yang berbeda-beda, meskipun itu antara orang tua dan anak.
Pada akhirnya, peserta diharapkan bisa mereview konsep yang telah
dipaparkan dalam workshop. Untuk selanjutnya bisa menyusun rencana tindak
lanjut (action plan) dalam strategi
berkomunikasi positif dengan anak setibanya mereka ke tempat asal
masing-masing. (wid)
No comments:
Post a Comment