Para Ulama MUI Medan dg LDII Jatim
MEDAN, Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah
Islam Indonesia (LDII) Prof Dr Ir KH Abdullah Syam MSc mengatakan, hubungan
antara LDII dengan umaro (pemimpin) dan ulama dimana saja berjalan cukup baik.
"Jikapun ada pihak-pihak yang
tidak menyukai LDII dengan menyebarkan isu, fitnah hingga tuduhan LDII sebagai
aliran sesat, karena ada kecenderungan kecemburuan sosial. Sebab, dalam sistem
pendidikan di Pondok-pondok pesantren (Ponpes) di bawah naungan LDII,
kurikulumnya sangat jelas," katanya ketika menerima kunjungan silaturahmi
"Muhibbah Tabayyun" 3 ulama Medan bersama wartawan di Sekretariat DPP
LDII kawasan Senayan Jakarta, Rabu (15/6).
Ketiga ulama utusan MUI Medan itu
masing-masing Ketua Komisi Dakwah dan Luar Negeri KH Zulfiqar Hajar, Penasihat
MUI Medan yang juga Ketua Umum Majelis Dzikir Tazkira Sumut KH Amiruddin MS dan
anggota MUI Medan yang juga dosen Fakultas Kedokteran USU Drs H Amhar Nasution
MA. Sedangkan turut mendampingi mereka Ketua DPW LDII Sumut Ir H Agus Purwanto,
Qari Muhammad Syafii Ssos dan seorang wartawan.
Sedangkan Ketua Umum DPP LDII H
Abdullah Syam didampingi sejumlah pengurus teras masing-masing Ir H Chriswanto
Santoso MSc, H Sobar Widianda, H Mhd Siddiq Waskita, H Aceng Komarullah, H
Ahmad Kuncoro, H Tri Gunawan, Rio Sidauruk dan Hari Sumiarta.
Menurut H Abdullah Syam, sejak
dahulu warga LDII tetap berpegang teguh kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah
SAW serta mempedomani keputusan ulama.
Karena itu, ujarnya, adanya isu,
tudingan, fitnah hingga tuduhan LDII merupakan aliran sesat sama sekali tidak
benar.
"Dalam pendidikan di Ponpes
yang kita bina, para santri-santriwati diajar tentang Alquran dan tafsirnya.
Begitu juga mempelajari hadits-hadits Nabi Muhammad melalui
"Kutubussittah" (6 kitab yang masyhur dan muktabar). Jadi, setiap ada
kunjungan ulama atau siapa saja ke Ponpes-ponpes kita selalu ajak mereka untuk
melihat langsung perpustakaan yang kita miliki dengan buku-buku dan kitab-kitab
yang lengkap," jelasnya.
"Saat ini kita menguatkan
pendidikan kejuruan ke pasar Australia. Apalagi, umat Islam di negara itu
sangat ‘haus’ pelajaran tentang agama Islam," tambahnya.
Sebelum bersilaturahmi ke pengurus
DPP LDII, rombongan ulama Medan terleih dahulju bersilaturahmi ke pengurus DPW
LDII Jawa Timur (Jatim) di sekretariatnya bagaikan gedung bank berlantai 3 di
Jalan Gayungan Surabaya Selatan.
Dalam kunjungan silaturahmi
"Muhibbah Tabayyun" untuk cek dan ricek dan melihat secara langsung
aktivitas warga LDII di Jatim, rombongan ulama diterima secara persaudaraan
oleh Ketua DPW LDII Jatim Ir H Chriswanto Santoso MSc didampingi pengurus lain
Ir H Samiyono MM, H Hasan Yuswadi dan Bambang Raditya SE MM (unsur wakil
ketua), Ir H Dedid Cahya H MT (sekretaris), H Ali Zuhdi SH (bendahara yang juga
anggota MUI Jatim) dan Ir H Maun MM (wakil bendahara).
Dalam pertemuan itu, Ketua LDII
Jatim H Chriswanto sangat bergembira dan berterimakasih atas kunjungan
"Muhibbah Tabayyun" ulama dari Medan. Sehingga, semuanya akan semakin
jelas, apakah benar LDII sebagai aliran sesat atau tidak sama sekali.
Dalam hal ini pimpinan rombongan KH
Zulfiqar Hajar merasa salut atas penyambutan yang sangat baik dari pengurus
LDII Jatim. Ini menunjukkan LDII mengaplikasikan dan mengamalkan hadits Nabi
Muhammad SAW yang maknanya:" Siapa-siapa yang beriman kepada Allah dan
Hari Akhirat, maka hendaklah dia dapat memuliakan tamu".
Setelah itu, rombongan mengunjungi
Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kediri dan Ponpes Gadingmangu Jombang.
Dari kunjungan kedua Ponpes besar
dan pusat pendidikan, khususnya di Ponpes Wali Barokah Kediri yang memiliki
Masjid Baitul A’la dengan menara "Asmaul Husna" setinggi 99 meter (23
lantai), rombongan merasa kagum dengan kedisiplinan, kekompakan, keakraban,
kerukunan dan persatuan di antara warga LDII serta kebersihan yang senantiasa
dijaga. Sehigga, mereka menerapkan "batas suci", khususnya hendak
masuk ke masjid.
Dalam beribadah, khususnya salat
wajib tidak terjadi perbedaan secara mendasar dalam melaksakan 13 rukun shalat,
meskipun secara "fur’iyyah" sedikit berbeda. Misalnya, mereka tidak
menjaharkan (menjelaskan) bacaan "Basmallah", tetapi
"disirkan". Begitu pula tidak membaca doa qunut saat Salat Subuh.
Tetapi, mereka mau mengangkat tangan saat KH Zulfikar Hajar memimpin doa.
Begitu juga mereka setiap malam Salat Tahajjud dan membaca Alquran menjelang salat wajib dilaksanakan serta mempelajari tafsir Alquran, kitab-kitab hadits muktabar, yakni Kutubussittah yang lengkap tersedia di perpustakaan.(analisadaily.com)
No comments:
Post a Comment